Ahli Ragukan Klaim Luhut Soal Aman Hadapi COVID-19 Nataru

Ahli Ragukan Klaim Luhut Soal Aman Hadapi COVID-19 Nataru

Wed, 08 Dec 2021Posted by Admin

Penerapan PPKM Level 3 pada masa libur Natal dan tahun baru (Nataru) secara resmi telah dibatalkan oleh pemerintah.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan yang mengklaim Indonesia sudah lebih siap menghadapi musim libur Nataru, dikarenakan jumlah tes dan telusur lebih tinggi dari tahun lalu, dan juga capaian vaksinasi sudah cukup tinggi.

Merespon hal tersebut, Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mewanti-wanti bahwa Indonesia sama sekali belum aman dari ancaman lonjakan kasus virus Covid-19. Lebih dari itu, potensi ancaman varian SARS-CoV-2 B.1.1.529 atau varian Omicron yang memiliki tingkat kecepatan penularan lebih tinggi dan mampu menyebabkan reinfeksi.

"Kita tidak bisa merasa cukup aman saat ini, kita Indonesia saat ini belum aman. Meskipun sero survei mengatakan warga bisa 80 persen sudah terinfeksi dan sudah punya antibodi, itu tidak dijamin. Karena dengan varian Omicron itu busa reinfeksi lagi," kata Dicky kepada CNNIndonesia.com, Rabu (8/12).

Dicky juga mengatakan jika varian Omicron cukup berbahaya, karena mayoritas warga yang terinfeksi varian ini adalah mereka yang belum divaksin dan banyak menginfeksi usia muda.

Tak hanya itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengklasifikasikan varian ini sebagai variant of concern (VoC) alias varian yang diwaspadai pada November lalu. Ia juga menyebut, tingkat efektivitas vaksin terhadap varian ini kemungkinan hanya meminimalisir gejala klinis yang dialami sehingga tidak mengalami perburukan gejala atau bahkan kematian.

Sementara efektivitas vaksin untuk pencegahan terinfeksi dan meminimalisir penularan Covid-19 antarmanusia menurutnya masih belum dipastikan, dan masih perlu penelitian lebih mendalam lagi.

Lebih lanjut, Dicky juga mewanti-wanti bahwa strategi surveilans pemerintah masih belum dilakukan secara maksimal, ia mengibaratkan jaring yang dimiliki pemerintah sangat kecil, sementara masih banyak kasus Covid-19 di luaran sana yang belum terdeteksi sehingga dikhawatirkan dapat melonjak tiba-tiba suatu hari nanti.

Dicky juga menilai bahwa kondisi pandemi Covid-19 di 2022 mendatang akan menjadi tahun yang sulit diprediksi. Ia menyebut, potensi munculnya gelombang akan sulit diprediksi secara presisi lantaran varian-varian baru memiliki kemampuan yang kadang tidak diduga-duga.