Karier Anda Tanggung Jawab Anda
Sun, 17 Oct 2021Posted by AdminDua sahabat, Ida dan Amin, baru saja lulus dari universitas dan mulai memasuki dunia kerja sebagai seorang software developer. Ida menceritakan ia sangat menikmati pekerjaannya. Ia bekerja dengan tim yang menyenangkan. Terlebih, sang pimpinan memberi kebebasan kepadanya untuk belajar hal baru dan bereksperimen.
Ia juga banyak berhubungan dengan divisi lain dan berhasil “menjual” ide-idenya kepada mereka, meskipun mengharuskan mereka mengubah cara kerjanya. Dalam hatinya, ia berkata, “Sekalian belajar public speaking.” Ida juga aktif menghadiri seminar, baik mengenai teknologi maupun pengembangan diri. Ia optimistis dan bahagia walaupun belum ada tanda-tanda kenaikan pangkat dari organisasinya.
Sebaliknya, Amin merasa terperangkap dalam situasi toksik. Ini istilah yang ia berikan sendiri untuk organisasinya. Ia merasa perusahaan tempatnya bekerja penuh politik kantor dan berisi orang-orang yang pandai mencari muka. Amin tak ingin ikut “bermain” seperti rekan-rekannya. Ia juga merasa tempat kerjanya ini tidak menjanjikan karier baginya. Jangankan karier, kesempatan untuk mengembangkan ide-ide baru pun tidak pernah didapat.
Dengan melihat situasi tersebut, apakah kita bisa mengatakan bahwa ada orang yang beruntung mendapat pekerjaan di tempat kerja yang kondusif dan ada juga yang terjebak dalam situasi yang tidak menguntungkan? Apakah benar demikian?
Seorang ahli karier mengatakan hal yang berbeda, “Don’t wait for things to happen. Make them happen.” Karier adalah pilihan. Bekerja di mana pun, bila banyak mengeluh tentang hal-hal yang ada di luar kontrol, kita akan sulit maju dibandingkan jika berfokus pada apa yang bisa dilakukan.
Banyak individu merasa bahwa atasan bisa menghambat atau melancarkan kariernya. Sebenarnya, bila melihat secara obyektif, kita bisa menyimpulkan bahwa yang menentukan perkembangan karier kita adalah diri sendiri.
Para atasan hanya memfasilitasi karier kita. Kita punya pilihan untuk menjadi aktif atau pasif dalam menentukan karier sendiri.
Kita memang perlu taktis dalam menentukan karier dan pandai-pandai mendalami diri sendiri. Ada dua jalan yang bisa kita tempuh dalam karier. Pertama, menjalani individual contributor career track. Individu dapat meningkatkan keterampilan yang menunjang tugasnya sekarang sehingga keterampilannya mengental.
Kedua, management career track. Dengan cara ini, seorang individu berusaha menguasai keterampilan tingkat di atasnya sehingga ia sudah terampil ketika diserahi jabatan yang lebih tinggi dari posisinya sekarang.
Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan bila ingin sukses menaiki tangga karier dalam organisasi. Pertama, kita perlu belajar berkomunikasi secara asertif, yakni bagaimana mengungkapkan pendapat tanpa menyakiti hati orang dan mampu memersuasi orang agar “membeli ide” kita. Hal ini pun berlaku dalam berkomunikasi dengan atasan untuk mendapatkan posisi yang lebih besar tanggung jawabnya.
Kedua, berani menerima tantangan pekerjaan yang lebih besar. Sesekali kita bisa menggantikan peran atasan di suatu rapat tertentu atau pertemuan lainnya. Ini yang sering disebut shadowing. Tunjukkan pada atasan bahwa Anda reliable sehingga ia pun tidak ragu untuk mendelegasikan tugas yang lebih besar.
Ketiga, banyak orang bersikap negatif terhadap politik kantor. Padahal, ini bisa sesederhana menjalankan tata krama yang baik, seperti menjaga kesantunan berkomunikasi, bersikap responsif, dan tanggap terhadap kebutuhan orang lain.
Dari sini, kita bisa membedakan dengan jelas orang yang taktis merancang kariernya dengan mereka yang menyia-nyiakan waktu serta energinya dengan hanya berharap orang lainlah yang menentukan nasibnya. Own it and challenge yourself. You’ll never know where you’ll end up.