Mendag : Indonesia Resmi Jadi Negara Kelas Menengah Ke Atas

Mendag : Indonesia Resmi Jadi Negara Kelas Menengah Ke Atas

Fri, 25 Feb 2022Posted by Admin

Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengaku gembira Indonesia bisa kembali masuk menjadi negara berpendapatan menengah atas (upper middle income country). Namun, tetap tak ingin lengah.

"Bangsa Indonesia sedang dipaksa bergegas, karena kita pada hari ini sudah resmi jadi negara kelas menengah dunia," kata Lutfi, dalam sesi bincang virtual, Rabu (23/2).

Dia ingin Indonesia terus memacu gas agar bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap), dan masuk ke dalam grup negara berpendapatan tinggi (high income country).

Menurutnya, Indonesia harus segera bergegas meningkatkan produk domestik bruto (PDB), agar tidak terperangkap dalam jebakan negara kelas menengah. Itu bisa diwujudkan lewat dua cara.

"Middle income trap hanya bisa diselesaikan lewat dua cara, yaitu investasi di dalam infrastruktur. Kedua, transfer teknologi," ujar dia.

Di samping itu, untuk menjadikan Indonesia keluar dari kelas menengah ini, pemerintah wajib meningkatkan PDB per kapita sebelum bonus demografi berakhir. "Kalau menurut hitungan, itu berakhir antara 2038-2040," terang dia.

Kuncinya, pemerintah ingin meningkatkan produk domestik bruto (PDB) atau growth domestic product (GDP) menjadi tiga kali lipat, dari sebelumnya USD 4.349,5 pada 2021.

"Tantangan kita yang kedua adalah bagaimana kita bisa meng tiga kali lipatkan GDP kita yang sekitar USD 4.000 untuk menjadi USD 12.500," seru Lutfi.

Lutfi pun mencermati studi Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), yang menyatakan tidak ada satu negara pun di dunia yang bisa keluar dari middle income trap, jika populasi orang tuanya lebih banyak daripada yang muda. 

"Oleh sebab itu, kita bangsa yang sedang bergegas. Kita lihat bapak Jokowi luar biasa bangun infrastruktur. Dan yang sekarang mesti kita ikuti adalah transfer teknologi. Karena hanya dengan transfer teknologi kita dapat menaikan secara eksponensial daripada trajectory pertumbuhan dan pendapatan per kapita Indonesia," pungkas dia.