Supir Ambulans Ungkap Janggalnya Kematian Brigadir J Saat Persidangan
Wed, 09 Nov 2022Posted by AdminSidang lanjutan dari kasus pembunuhan berencana Brigadir J kembali dilakukan, kali ini sopir ambulans yang mengevakuasi Brigadir J dimintai keterangan, Senin (7/11). Ahmad Syahrul Ramadhan selaku sopir ambulans mengungkap beberapa kejanggalan saat dirinya mengevakuasi jenazah Brigadir J ke Rumah Sakit (RS) Polri.
Syahrul mengatakan dirinya heran ketika diarahkan petugas kepolisian untuk membawa jenazah Brigadir J ke Instalasi Gawat Darurat (IGD). Seharusnya jenazah langsung dibawa ke kamar jenazah/ruang forensik.
"Pas di RS enggak langsung ke forensik ke kamar jenazah, tapi ke IGD. Saya bertanya, 'pak izin kok IGD dulu, biasanya kalau saya langsung ke kamar jenazah, forensik. 'Oh, saya juga enggak tahu mas ikuti perintah aja.' Oh baik," ungkap Syahrul.
Kemudian, Syahrul langsung mengikuti perintah tersebut, dan langsung menuju IGD. Langsung, ia menyerahkan jenazah Brigadir J yang telah dibawanya dari rumah dinas eks Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo.
Setelah selesai pekerjaannya dan ingin kembali, Syahrul ditahan oleh petugas yang tak dikenal namanya yang menyuruh Syahrul menunggu di dekat masjid rumah sakit dan tidak diperkenankan kemana-mana.
"Saya bilang sama anggota di RS Pak saya izin pamit, terus katanya 'sebentar dulu ya mas, tunggu dulu.' Saya tunggu di tempat masjid Yang Mulia di samping tembok sampai jam mau subuh," pungkasnya.
Selain itu, Syahrul juga memberi keterangan bahwa jenazah Brigadir J berlumuran darah dengan wajah tertutup oleh masker berwarna hitam dan mengenakan kaos putih.
Lalu, Syahrul juga melihat dada kiri Brigadir J bolong akibat luka tembak yang kemudian ia diminta tolong untuk mengecek nadi Brigadir J, namun, denyut nadi sudah tak bisa dirasakan lagi.
"Saya disuruh oleh salah satu anggota untuk cek nadinya. Saya cek nadi di leher dan tangan memang tidak ada Yang Mulia," ungkapnya.
Usai memastikan nadi Brigadir J terhenti, Syahrul langsung bergegas mengambil kantong jenazah.
"Saya bilang izin pak sudah tidak ada. Lalu dibilang 'pasti mas?' Pasti pak. Lalu, dicek kembali sama bapak-bapak di lokasi lalu 'ya sudah mas minta tolong dibantu evakuasi', terus saya bilang izin pak saya ambil kantong jenazah,"tuturnya.
Kejanggalan yang diungkapkan Syahrul lainnya yaitu mengenai permintaan sirine ambulans yang dimatikan ketika tiba di depan gapura Komplek Polri, Duren Tiga yang dijaga oleh anggota Provos, kemudian ia diminta menjelaskan maksud kedatangannya ke rumah dinas Ferdy Sambo.
"Saya jelaskan, 'permisi pak, selamat malam. Saya dapat arahan dari kantor saya untuk menjemput di lokasinya ini' Saya kasih lihat ke anggotanya WA tugasnya," ucap Syahrul.
Setibanya di rumah Sambo, kata dia, rumah dalam keadaan ramai. Ada banyak orang yang berada di sana.
"Lalu saya ikutin arahan dari Bapak Provos. Saya jalan lagi yang mulia ke lokasi. Sampai di titik penjemputan memang sudah banyak, lalu saya diarahkan parkir mobil," katanya.
Dari total 12 saksi yang dipanggil, hanya lima yang hadir untuk memberikan kesaksian. Mereka merupakan petugas swab tes, penyedia layanan komunikasi, dan sopir ambulans.