BKKBN Dukung Seruan “Jangan Buru-Buru Nikah”, Ini Alasannya!

BKKBN Dukung Seruan “Jangan Buru-Buru Nikah”, Ini Alasannya!

Sun, 25 Dec 2022Posted by Admin

Ramai diperbincangkan di media sosial Twitter seputar wejangan untuk tidak buru-buru menikah. Hal ini diawali dari cuitan yang menyebutkan kebanyakan orang yang sudah menikah menyarankan orang lain untuk tidak segera menikah. Seruan ini ternyata juga sesuai dengan anjuran Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), kira-kira apa alasannya?

Menurut Kepala BKKBN dr Hasto Wardoyo, SpOG, idealnya, perempuan menikah di usia 20 tahun ke atas kemudian untuk laki-laki di usia 25 tahun ke atas. Umur ideal tersebut juga bersandar pada kesiapan fisik, finansial, hingga kematangan mental dan kedewasaan individu.

"Saya kira pernyataan itu banyak benarnya, karena kan sekarang ini orang masih banyak perempuan yang menikah belum di usia 20 tahun. Kemudian kedua, laki-laki harapannya lebih dewasa daripada perempuan sehingga kita BKKBN kampanye nya laki-laki 25 tahun dengan harapan laki-laki sebagai pemimpin keluarga jauh lebih dewasa daripada perempuan," ucapnya, Senin (19/12), dilansir dari Detikcom.

"Harapannya juga usia 25 tahun untuk laki-laki sudah mendapatkan pekerjaan yang mapan untuk menanggung secara finansial. Jadi kematangan secara ekonomi, kesiapan secara mental dewasa, saya kira cukup,” tambahnya.

Kemudian dr Hasto menambahkan perihal kesiapan fisik untuk perempuan yang belum berusia 20 tahun, risiko kematian ibu atau bayi hingga bayi lahir dengan stunting akan lebih besar. Selain itu ukuran pinggul perempuan juga masih tergolong sempit sehingga beresiko jika melahirkan.

Kemudian dari sisi kesiapan mental dr Hasto menuturkan, banyak kasus perceraian yang terjadi karena masalah kecil yang terjadi secara terus-menerus. Maka dari itu, jika pasangan suami istri belum cukup matang dalam menghadapi konflik yang ada, maka akan semakin besar resiko perceraian.

"Sekarang ini kan angka perceraian juga tinggi. Perceraian itu lebih disebabkan konflik-konflik kecil yang sifatnya terus-menerus terjadi yaitu namanya konflik kronis. Kronis itu kan berlangsung lama, terus-menerus itu namanya kronis," pungkas dr Hasto.

Kalau perkawinan, kitu umumnya karena kronis faktor yang terus-menerus konflik dan kekurang dewasaan sehingga kawin-kawin pada usia terlalu muda kemudian laki-laki masih belum dewasa untuk mengasuh istrinya ini menjadi sumber utama perceraian juga," tambahnya.