Kenapa Indonesia Belum Lockdown?
Thu, 19 Mar 2020Posted by AdminUpdate terbaru mengenai virus corona di Indonesia pada Kamis (19/3) ada 309 kasus positif COVID-19. Kasus kematian ada 25 dan kasus kesembuhan ada 15 orang. Kenapa Indonesia belum lockdown? Pernyataan ini telah menjadi perbincangan baik di dunia nyata atau maya sekalipun. Pertanyaan ini mencoba dijawab oleh dr. Achmad Yurianto selaku Juru Bicara Pemerintah dan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI dalam Hitam Putih episode 18 Maret 2020.
Menurut Yuri, dalam pengelolaan penyakit menular, lockdown memang sebuah alternatif. Namun, alternatif yang paling ekstrem. Sebelum memutuskan untuk lockdown, menurutnya kita harus mencoba berbagai alternatif lainnya yang lebih rasional. Keputusan ini bukan semerta akan menutup penyebaran, namun kehidupan masyarakat pun akan ditutup. Sederhananya, jika kita tinggal di Jakarta dan ada pasokan makanan yang ingin masuk ke Jakarta, tentu tidak bisa karena sudah di lockdown. Lockdown juga akan menutup seluruh bisnis, ini terlalu ekstrem, menurutnya.
Hal terpenting yang harus dilakukan saat ini adalah bagaimana cara mengurangi kemungkinan penyebaran melalui kontak dekat. Atau yang biasa kita kenal dengan social distancing. Apakah ini paling efektif? Tentu tidak. Terlebih jika masyarakat berfikir bahwa masa work from home ini sebagai masa liburan. Langkah ini hanya akan efektif jika masyarakat juga melakukannya. Virus corona bukanlah virus yang dapat dianggap enteng. Penularannya yang mudah mengharuskan kita untuk menjaga diri dan orang sekitar dari terjangkitnya virus.
Jika bicara lockdown, menurut Yuri, kita juga harus bicara kesiapan masyarakat untuk keputusan itu. Apakah masyarakat siap untuk tinggal tertutup dalam ruang terbatas dan dibatasi? Terkait pasokan, apa masyarakat sudah siap untuk tidak melakukan panic buying, rusuh atau bahkan penjarahan?
Banyak hal, menurut Yuri, yang harus dipertimbangkan. Yang akhirnya mengarah pada pilihan yang lebih positif, yaitu menelusuri dan mengisolasi yang terinfeksi. Lockdown tanpa dibarengi dengan kesiapan untuk mencari sumber juga sama saja dengan memperbanyak angka positif virus corona.
Yuri pun menambahkan, virus corona juga mengalami pergeseran dinamika. Kini, COVID-19 memiliki masa inkubasi yang lebih panjang dan dapat tidak memiliki gejala apapun. Saat ini, pemerintah sedang menyiapkan pemeriksaan masal. Pemeriksaan masal ini berbeda dengan pemeriksaan yang saat ini dilakukan, yaitu CPR. Jika pemeriksaan masal, darah lah yang di tes untuk melihat bekas virusnya, bukan ada atau tidak virusnya. Karenanya, angka positif pasti akan melonjak. Hal ini dikarenakan, mereka yang sudah sembuh pun hasilnya tetap akan positif karena darah mereka mengandung bekas virus.
Disini lah pentingnya masyarakat untuk memahami apa itu self isolation dan gejala-gejala virus corona. Apa pentingnya? Jika kasus positif meningkat akibat tes masal, tidak semuanya dapat langsung berlari ke rumah sakit. Kenali gejalanya, temui dulu dokter untuk berdiskusi mengenai tindakan yang perlu dilakukan dan jangan lupa untuk mengisolasi diri agar tak menulari sekitarnya. Hal ini lah yang harus masyarakat pahami terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan lockdown. Khawatir boleh, panik jangan.
Stay safe Sobat7! Jangan lupa untuk selalu menjaga kebersihan dan kesehatan diri. Lakukan apa yang dihimbau oleh pemerintah dan lembaga kesehatan. Yaitu dengan rajin mencuci tangan dan social distancing. Jangan anggap remeh ya!