Lebaran Rasa Nusantara: Intip Tradisi Unik Dari Berbagai Daerah Di Indonesia
Wed, 09 Apr 2025Posted by AdminDilansir dari CNN Indonesia—Hari Raya Idulfitri adalah momen untuk bersatu dan memperkuat budaya di seluruh Nusantara selain merupakan perayaan agama.
Dalam merayakan hari kemenangan, berbagai wilayah Indonesia memiliki tradisi yang berbeda yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
1. Sumatra:
Perayaan atau tradisi lebaran di berbagai wilayah Sumatera melibatkan kebersamaan dalam hidangan dan ritual. Misalnya, orang-orang di Aceh akan membeli dan memakan daging bersama keluarga mereka. Tradisi ini disebut Makmeugang, dan itu juga dilakukan sebagai cara untuk menunjukkan rasa syukur atau menandai berakhirnya Ramadan.
Namun, ada kebiasaan yang disebut sebagai Batobo di wilayah Riau. Parade rebana mengelilingi desa menyambut para perantau yang pulang kampung, mempererat hubungan.
Di Bengkulu juga ada tradisi Ronjok Sayak, di mana orang-orang membakar batok kelapa yang menyerupai gunung untuk mendoakan leluhur dan menunjukkan rasa syukur mereka. Di Bangka juga ada adat Badulang. Setelah salat Idulfitri, orang-orang berkumpul untuk makan hidangan khas bersama-sama di bawah tudung saji.
2. Tradisi Jawa dan Madura :
Berbeda dengan Sumatera, perayaan dilakukan dengan lebih bermakna di Jawa dan Madura. Misalnya, ada perayaan yang disebut Lebaran Betawi di Jakarta. Ini adalah perayaan khas orang Betawi yang melibatkan acara budaya dan makanan seperti kerak telor dan dodol Betawi.
Istilah Ngadongkapkeun juga digunakan di Banten. Ini adalah proses doa bersama setelah salat Idul Fitri dan sungkeman sebagai cara untuk menghormati orang tua. Di Yogyakarta ada tradisi yang dikenal dengan istilah Grebeg Syawal. Perayaan ini ditandai dengan upacara gunungan berisi hasil bumi yang didoakan dan dibagikan kepada masyarakat sebagai simbol sedekah Sultan.
3. Bali dan Nusa Tenggara:
Daerah timur juga merayakan Lebaran dengan berbagi dan bersyukur. Di Bali, orang melakukan tradisi Ngejot, berbagi makanan kepada tetangga sebagai cara untuk menunjukkan rasa terima kasih.
Selanjutnya terjadi Perang Topat di Lombok. Setiap orang melempar ketupat satu sama lain sebagai cara untuk menunjukkan rasa terima kasih dan kebersamaan.
Di sisi lain, di NTB ada Bakar Ilo Sanggari (NTB), yang merupakan proses membuat lentera dari bambu dan minyak biji jarak yang dinyalakan di sekitar rumah sebagai cara untuk mengucapkan terima kasih kepada roh leluhur dan meminta berkah.
2. Tradisi Jawa dan Madura :
Berbeda dengan Sumatera, perayaan dilakukan dengan lebih bermakna di Jawa dan Madura. Misalnya, ada perayaan yang disebut Lebaran Betawi di Jakarta. Ini adalah perayaan khas orang Betawi yang melibatkan acara budaya dan makanan seperti kerak telor dan dodol Betawi.
Istilah Ngadongkapkeun juga digunakan di Banten. Ini adalah proses doa bersama setelah salat Idul Fitri dan sungkeman sebagai cara untuk menghormati orang tua. Di Yogyakarta ada tradisi yang dikenal dengan istilah Grebeg Syawal. Perayaan ini ditandai dengan upacara gunungan berisi hasil bumi yang didoakan dan dibagikan kepada masyarakat sebagai simbol sedekah Sultan.
3. Bali dan Nusa Tenggara:
Daerah timur juga merayakan Lebaran dengan berbagi dan bersyukur. Di Bali, orang melakukan tradisi Ngejot, berbagi makanan kepada tetangga sebagai cara untuk menunjukkan rasa terima kasih.
Selanjutnya terjadi Perang Topat di Lombok. Setiap orang melempar ketupat satu sama lain sebagai cara untuk menunjukkan rasa terima kasih dan kebersamaan. Di sisi lain, di NTB ada Bakar Ilo Sanggari (NTB), yang merupakan proses membuat lentera dari bambu dan minyak biji jarak yang dinyalakan di sekitar rumah sebagai cara untuk mengucapkan terima kasih kepada roh leluhur dan meminta berkah.
4. Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku:
Perayaan Perayaan yang spektakuler di daerah-daerah ini cukup menarik dan meriah. Salah satu contohnya adalah perayaan Meriam Karbit di Pontianak. Di tepian Sungai Kapuas, ledakan meriam karbit raksasa mengiringi malam takbiran.
Selanjutnya, orang Gorontalo di Sulawesi merayakan Lebaran dengan memasang lampu minyak di halaman rumah mereka menjelang Lebaran, yang dianggap sebagai simbol kehidupan dan penerangan hati. Di sisi lain, ada tradisi Binarundak di Sulawesi Utara yang melibatkan memasak dan memakannya bersama nasi jaha, makanan ketan yang dibakar dalam bambu.
Di Maluku juga ada tradisi Pukul Sapu, di mana dua kelompok pemuda dari desa yang berbeda saling memukul dengan sapu lidi sebagai tanda keberanian dan persaudaraan.