Miris! Harga PCR DI India 10X Lebih Murah Kok Bisa?
Sat, 14 Aug 2021Posted by AdminTahukah kamu harga tes polymerase chain reaction (PCR) Covid-19 di India jauh lebih murah daripada Indonesia. Perbedaan yang drastis tersebut tentunya tengah menjadi buah bibir netizen RI belakangan ini.
Pemerintah India baru saja menurunkan harga tes PCR di India yang awalnya sudah jauh lebih murah, menjadi semakin lebih murah. Dilansir dari India Today, Kamis (12/8/2021), harga tes PCR di India turun dari 800 rupee atau sekitar Rp 150 ribu menjadi 500 rupee atau Rp 96 ribu berdasarkan kurs hari ini. Bandingkan dengan di Indonesia, dimana harga tes PCR biasanya dimulai dari Rp 800 ribu hingga tembus jutaan rupiah.
Di India, biaya untuk melakukan opsi tes PCR dengan layanan di rumah pun cukup terjangkau, sebesar 700 rupee atau sekira Rp 135 ribu. Masih kurang murah? Alternatifnya, tes antigen cepat di India saat ini seharga 300 rupee atau sekira Rp 58 ribu. Berbeda dengan di Indonesia yang jangka waktu untuk hasil tes yang beragam, pemerintah India juga menginstruksikan seluruh laboratorium untuk memastikan bahwa pemprosesan sampel, pembagian laporan, dan pembaharuan di portal Covid-19 semuanya diselesaikan dalam waktu 24 jam setelah pengambilan sampel.
Menurut Kepala Menteri Delhi Arvind Kejriwal melalui akun Twitter-nya, harapannya adalah agar ini dapat membantu khalayak orang-orang biasa.
Padahal, Kemenkes sebelumnya sudah berusaha meringankan harga swab PCR dengan menetapkan tarif batas tertinggi sebesar Rp 900 ribu. Keputusan itu diambil setelah banyak pihak mengusulkan pemerintah menetapkan standar tarif karena harga selama ini yang terlalu mahal. Untuk rapid test antigen, pemerintah telah menetapkan harga tertinggi maksimal Rp 250 ribu untuk di Pulau Jawa.
Terpaut jauhnya harga tes PCR di India dengan Indonesia ini pun disorot banyak pihak, mulai dari rakyat-rakyat biasa, hingga tokoh sekaliber dr Tompi.
"Harga PCR atau swab harus semurah-murahnya!!! Negara harus hadir memastikan ini. Kenapa negara lain bisa lebih murah dari kita saat ini? Bukankah beli bayam 100 selalu lebih murah dari beli bayam 10. Ayolah Bisa! Mohon kendalinya Pak @Jokowi," tulis Tompi di akun Twitternya.
Menanggapi berbagai sorotan ini, Kementerian Kesehatan menegaskan penetapan harga tertinggi PCR di RI telah dikonsultasikan dengan berbagai pihak. "Pada waktu penetapan SE PCR tentunya sudah dilakukan konsultasi dengan berbagai pihak terkait termasuk auditor, jadi Kemkes tidak melakukan penetapan sendiri sama seperti penetapan HET(harga eceran tertinggi) obat," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Siti Nadia Tarmizi kepada wartawan, Kamis (12/8/2021).
Meskipun begitu, Siti Nadia menyebut pihaknya terbuka untuk menerima kritik dan saran. Ia juga membuka kemungkinan evaluasi harga PCR jika diperlukan, karena prinsipnya memang terbuka untuk berbagai masukan juga bila diperlukan.
Kebijakan-kebijakan yang memiliki pro dan kontra seperti ini tentunya sudah menjadi kewenangan dari pihak pemerintah, dan juga sudah melewati berbagai macam diskusi dan pertimbangan.
Yuk kita lakukan saja peran kita dalam memutus rantai penularan Covid-19 ini dengan tetap mematuhi protokol kesehatan 5M (memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi, interaksi), dan tentunya mengikuti program vaksinasi pemerintah.