Mitos Atau Fakta, Makan Permen Bisa Bikin Berhenti Merokok?

Mitos Atau Fakta, Makan Permen Bisa Bikin Berhenti Merokok?

Mon, 31 May 2021Posted by Admin

Terdapat 7 ribu bahan yang bersifat aditif dan karsinogen dalam sebatang rokok. Bagi perokok aktif mungkin sulit untuk berhenti dari kecanduan merokok. Sehingga menjadi kebiasaan, bahkan waktu luang pun diisi dengan merokok.

Padahal, untuk jangka panjang tentu berpengaruh buruk bagi kesehatan, zat berbahaya dalam rokok bersifat karsinogenik (menimbulkan kanker). Baik itu rokok konvensional yang dibakar, atau jenis elektrik seperti vape, dan lain sebagainya tetap memiliki risiko penyakit yang sama.

Bagi para pejuang mengurangi rokok tentu sudah tak asing dengan cara mengkonsumsi permen sebagai gantinya bukan? Nah, kira-kira cara ini memang manjur atau hanya sekedar mitos ya?

Berdasarkan pemahaman seorang dokter spesialis kejiwaan, Tribowo Ginting menjelaskan bahwa mengunyah permen karet atau mengonsumsi permen hanya membuat mulut sibuk sehingga keinginan untuk merokok berkurang. Faktanya, makan permen tak bisa menghilangkan rasa ingin merokok.

Tribowo menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang merokok. Di antaranya adalah kebiasaan, lingkungan masyarakat, dan rasa ketergantungan (aditif).

"Mengunyah permen lebih pada salah satu bentuk terapi untuk tidak merokok, tapi dia tidak menghilangkan rasa ketergantungannya, dia juga tak bisa menahan keinginan merokok ketika berada di lingkungan atau kelompok perokok," katanya.

Dengan demikian, makan permen hanya salah satu cara yang ditempuh untuk berhenti merokok. Cara lainnya pun harus ditempuh para perokok yang ingin memutus ketergantungan nikotin rokok.

"Ada modalitas lain yang diperlukan perokok yang ingin berhenti merokok. Pertama niat, ada dukungan dari sekitar, bahkan tak jarang perlu tatalaksana dari tenaga kesehatan," kata Tribowo.

Perokok yang tiba-tiba berhenti mengonsumsi rokok bisa mengalami withdrawal syndrome atau dikenal juga dengan istilah sakau. Ketika perokok memutuskan berhenti mendadak, maka tubuh akan mengalami kekurangan nikotin yang biasa ia dapat dari rokok. Biasanya sindrom yang muncul adalah perubahan suasana hati, sulit konsentrasi, mudah tersinggung, cemas, hingga kesulitan mengontrol emosi karena keinginan merokok.

"Gejala ini muncul beberapa jam setelah berhenti merokok, kemudian meningkat selama 3-4 hari, dan menurun setelah 1-3 minggu," tutur Tribowo.

Tapi tenang, Sobat7 bisa menerapkan salah satu cara dari dokter Tribowo untuk solusi mengurangi merokok yaitu dengan cara Cold Turkey, dimana Sobat7 harus menentukan tanggal untuk berhenti merokok secara mendadak. Misalnya mengatur pada tanggal 25 Juni Anda akan berhenti merokok. Maka sebelum tanggal 25 Juni itu, Anda akan memuaskan hasrat merokok Anda dan berhenti pada 25 Juni.

"Jadi puas-puasin merokok sebelum tanggal 25. Kemudian setop, bener-bener berhenti. Ini kadang sulit kalau enggak niat dan enggak ada yang ngawasin," ujar Tribowo.