Pernah Ke Lubang Jepang Bukittinggi? Ceritanya Bikin Merinding!
Thu, 19 Aug 2021Posted by AdminLiburan ke Bukittinggi Sumatera Barat, tak sedikit traveler yang mampir ke Lubang Jepang. Walau sudah jadi tempat wisata, lubang itu menyimpan kisah kelam di masa lalu.
Saat itu waktu menunjukkan sekitar pukul 09.00 pagi. Perjalanan pun dimulai lebih dulu ke Taman Panorama yang menghadap Ngarai Sianok. Kebetulan, Taman Panorama menjadi salah satu akses untuk masuk ke Lubang Jepang yang juga populer sebagai objek wisata.
Seperti diketahui, Lubang Jepang merupakan terowongan atau bungker pertahanan yang dahulu dipakai oleh Jepang di Bukittinggi sekitar tahun 1942 silam. Lubang ini pun menjadi salah satu yang menceritakan tentang kekejaman penjajahan Jepang, sementara dua lubang lainnya ada di Bandung dan Biak.
Setelah bertemu dengan pemandu kami yang bernama Nofirman, kami dan rombongan pun mulai masuk ke Lubang Jepang. Ia pun menjelaskan lebih dulu perihal lubang tersebut.
"Ini aslinya kotak, diubah Pemda jadi sepeti ini. Yang bikin ini bukan asli jepang, yang desain orang Jepang," ujar Nofirman sambil menunjukkan bentuk dinding terowongan yang mengarah turun.
Dijelaskan oleh Nofirman, dahulu Lubang Jepang ini dibuat oleh tenaga kerja paksa atau romusha yang didatangkan dari tiga daerah berbeda di Indonesia.
"Dulu yang buat ini pekerjanya didatangkan dari tiga daerah, dari Pulau Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Alasannya karena mereka tidak tahu Bukittinggi, tidak bisa komunikasi juga karena masih pakai bahasa daerah masing-masing," terang Nofirman.
Fakta unik lainnya, lubang ini disebut-sebut sebagai terowongan terpanjang di Asia dengan total panjang hingga 8 Km. Di dalamnya terdapat sekitar 21 lorong kecil dengan berbagai fungsi.
"Ada sekitar 21 lorong dengan masing-masing fungsi, ada yang jadi ruang amunisi, ruang pertemuan, lubang pelarian, lubang mata-mata hingga penjara," ujar Nofirman.
Secara teknis, terowongan di Lubang Jepang memang sudah diperluas oleh Pemda. Beberapa ruangan yang dahulu menjadi tempat amunisi sudah diberi papan penanda hingga terali untuk mencegah vandalisme.
Setelah melewati lorong dan melewati ruang amunisi, perjalanan pun kembali dilanjutkan ke satu ruang yang menjadi penjara di masa lalu. Di ruang itu, para tahanan disiksa tanpa diberi makan minum.
"Penjara itu bentuknya Letter L, dulu pintunya pakai rotan belum besi seperti sekarang. Mereka disiksa, gak dikasih makan minum," cerita Nofirman.
Tepat di samping ruang penjara, terdapat satu ruang kecil yang menjadi ruang dapur. Walau disebut dapur, ruang ini menjadi salah satu bagian paling kelam di Lubang Jepang.
"Ini dapur, di dalamnya ada dua lubang kecil, di atas dan di bawah. Lubang atas dipakai untuk mengintai, yang kecil di bawah ini untuk membuang jenazah. Di bawahnya mengalir sungai yang menghanyutkan jenazah," cerita Nofirman.
Mendengar cerita Nofirman tentu membuat bulu kuduk merinding. Entah berapa banyak orang yang dibawa masuk dan dibunuh di Lubang Jepang ini. Nofirman pun tidak tahu dengan detil, berapa banyak orang yang gugur di sini.
"Ada dua misteri yang belum terpecahkan, yang pertama ke mana Jepang membuang bekas galian tanah dan berapa jumlah romusha yang mati di sini," ujar Nofirman.
Fakta menarik lainnya, Lubang Jepang ini juga terhubung ke beberapa titik strategis di Bukittinggi. Sebut saja Jam Gadang Bukittinggi dan Istana Bung Hatta.
Pada akhirnya, Lubang Jepang menjadi saksi sejarah akan pendudukan Jepang di Bukittinggi. Walau penuh dengan kisah kelam, Lubang Jepang tetap jadi objek wisata edukasi yang perlu diketahui oleh generasi muda.
Bagi kamu yang mau berkunjung, harga tiket masuknya adalah Rp 15 ribu untuk orang dewasa, Rp 12 ribu untuk anak-anak dan Rp 20 ribu untuk wisatawan asing.