Silat Harimau, Tradisi Budaya Melayu

Silat Harimau, Tradisi Budaya Melayu

Thu, 18 Jul 2019Posted by Admin

Indonesia kaya akan kebudayaannya dan turun temurun diturunkan sebagai tradisi agar tidak punah. Salah satu kebudayaan tua yang ada di Indonesia berasal dari Melayu. Tidak hanya acara tradisi dan kuliner saja, melainkan pula ilmu bela diri dalam bentuk pencak silat. Jejak Petualang episode tanggal 10 Juli 2019 lalu berkesempatan untuk mengunjungi wilayah Sijunjung, Sumatera Barat untuk mempelajari pencak silat asli Sijunjung yang merupakan tradisi budaya Melayu yang masih terjaga hingga kini.

Hampir seluruh wilayah Indonesia memiliki bentuk silat yang berbeda-beda. Di wilayah Sijunjung, silat yang dilestarikan bernama Silat Harimau. Silat ini merupakan salah satu ilmu bela diri tradisional asli dari tanah Minangkabau. Jika ditelusuri, sebetulnya silat satu ini berakar dari kaki Gunung Merapi, namun kemudian dikembangkan oleh masyarakat di Sumatera Barat khususnya Sijunjung.

Ilmu bela diri ini dinamakan Silat Harimau karena gerakannya diadaptasi dari sifat asli dan kebiasaan harimau. Gerakan ini lah yang kemudian membedakan Silat Harimau dengan silat-silat tradisional lain di Indonesia. Silat Harimau hampir tidak menggunakan pukulan, melainkan hanya gerakan seperti mencengkram, meloncat dan berguling selayaknya harimau di habitat aslinya. Silat satu ini pun banyak menggunakan gerakan mengintai sebelum akhirnya melancarkan gerakan menyerang.

Silat Harimau dibekali oleh sebuah senjata tradisional Minangkabau bernama kerambit. Desainnya pun dibuat seperti kuku harimau untuk menyempurnakan gerakan yang dilakukan.

Dalam menggunakan senjata ini diperlukan kehati-hatian tinggi karena dua sisi bilahnya tajam dan berbeda bentuknya. Jika sedang berlatih, senjata ini tidak boleh dipakai karena mampu melukai lawan.

Tim TRANS7 Jejak Petualang yang dipimpin oleh Farah Bach pun berkesempatan untuk melihat cara pembuatan senjata tradisional kerambit bersama dengan Ibu Eli dan Bapak Situs. Ibu Eli dan Bapak Situs adalah satu-satunya pengrajin kerambit di wilayah Sijunjung. Bahan dasarnya pun hanya besi per mobil yang dipanaskan dalam arang. Besi dipanaskan hingga berwarna merah dan dibentuk dengan cara ditempa. Arang menjadi media yang dipilih untuk memanaskan besi karena mampu menghantarkan panas yang stabil. Detail kuku harimau, ukuran bilah dan panjang papan harus diperhatikan agar seimbang dan mudah untuk digunakan.

Ibu Eli dan Bapak Situs membutuhkan waktu kurang lebih setengah jam hanya untuk membuat bilah pisau kerambit. Dalam satu hari, keduanya mampu membuat 4 hingga 5 senjata tanpa gagang dan sarungnya. Proses pengerjaannya membutuhkan banyak ketelitian khususnya di bagian detail kuku harimaunya. Pisau ini amat runcing dibagian ujungnya dan tajam di kedua bagian bilahnya. Keduanya berharap tradisi Melayu ini tidak punah dan terus dijaga oleh masyarakat Sijunjung, Sumatera Barat.

Jejak Petualang tayang setiap hari Selasa dan Rabu pukul 14.15 WIB.