Tradisi Pelebon Di Bali
Fri, 28 Feb 2020Posted by AdminBali merupakan primadona destinasi wisata di Indonesia yang kerap dikunjungi oleh wisatawan asing. Selain terkenal dengan panoramanya yang indah, pulau yang juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata ini juga terkenal dengan tradisi dan kesenian yang unik dan menarik. Tradisi di Pulau Bali ini sudah melekat sejak jaman nenek moyang dahulu dan tetap dipertahankan hingga saat ini, itulah yang menyebabkan Pulau Bali dikenal hingga mancanegara.
Salah satu tradisi yang masih dipertahankan hingga saat ini yakni Pelebon atau biasa dikenal dengan Ngaben. Kedua kata ini memang memiliki makna yang sama namun hanya penggunaanya yang berbeda. Kata Ngaben umumnya digunakan untuk pembakaran jenazah bagi umat Hindu di Bali, sedangkan Pelebon lebih khusus digunakan bagi yang memiliki kasta lebih tinggi seperti Ksatria dan Brahmana.
Acara pelebon biasanya dilaksanakan beberapa hari setelah pensucian jasmani almarhum. Sebelum Pelebon dimulai, biasanya ada berbagai rangkaian upacara yang dilaksanakan diantaranya proses memandikan jenazah atau Iramin. Air yang digunakan yakni air suci yang diambil dari pura-pura di keluarga besar. Seluruh prosesi upacara Pelebon ini dipimpin oleh Ida Pedande karena yang berpulang merupakan dari golongan Kstaria.
Sebelum jenazah dibawa ke Antas Bade, dilakukan persembahan terakhir kali terlebih dahulu kepada jenazah oleh keluarga yang biasa disebut dengan Ngaturang Bade. Kemudian dilakukan pula pensucian jenazah dengan tujuan agar jenazah terbebas dari hal-hal yang kotor.
Mayoritas yang datang dalam acara pelebon menggunakan baju hitam terutama laki-laki karena budaya Bali percaya bila kematian adalah yang menyebabkan Cuntaka yakni kesialan atau keadaan tidak suci. Karena kematian biasanya keluarga yang datang tidak diperbolehkan masuk ke tempat ibadah dan melakukan kegiatan ibadah, kecuali yang berhubungan dengan prosesi upacara tersebut.
Setelah prosesi selesai, jenazah dibawa ke kuburan. Hal ini dilakukan hanya boleh ketika matahari condong ke Barat atau setelah jam 12 siang. Pembawaan jenazah ini dilakukan secara iring-iringan dengan meletakkan jenazah dalam sebuah Bade yakni tempat yang dikhususkan untuk jenazah, serta sebuah patung lembu yang dipercaya dapat menjadi kendaraan sang mendiang menuju khayangan. Ada yang unik dalam prosesi iring-iringan ini yakni setiap melewati perempatan, Bade dan patung lembu akan diputar selama tiga kali dengan tujuan agar arwah jenazah tidak kembali ke tempat semula.
Sesampainya di kuburan, jenazah akan dipindahkan dari Bade menuju Lembu yang kemudian dimulailah proses pembakaran jenazah. Setelah jenazah telah menjadi abu, kemudian dilakukan doa terakhir sebelum abu dibawa ke tengah laut oleh keluarga terdekat. Abu tersebut telah dibagi menjadi tiga bagian. Dengan melarungkan abu hasil kremasi ke laut dipercaya bisa mempercepat sisa badan kasar menuju asal usulnya.
Jejak Anak Negeri tayang setiap Jumat pukul 14.15 WIB hanya di TRANS7.