A Minute With: Najwa Shihab
Tue, 16 Apr 2019Posted by AdminNana, panggilan akrab dari Najwa Shihab. Seorang jurnalis jelita yang sejak tahun 2016 dinobatkan sebagai Duta Baca Indonesia. Banyak karya yang telah ditorehkan oleh Najwa Shihab mulai dari liputannya di daerah bencana hingga buku yang ia buat untuk menginspirasi. Tim A Minute With berhasil untuk mewawancari Najwa setelah acara Mata Najwa di studio E7 TRANS7.
Hal apa yang membuat Najwa Shihab tertarik dengan bidang jurnalistik?
Saya jatuh cinta dengan profesi ini sejak bahkan sebelum saya lulus kuliah, saya kuliah di Fakultas Hukum UI. Tapi saya waktu itu ada sebuah kesempatan untuk magang di sebuah stasiun televisi pertama di Indonesia dan kesempatan magang itu justru yang membuat saya tau, membuat saya ingin melakukan ini. Karena saya selalu dapat belajar hal yang baru, saya bisa bertemu begitu banyak orang dari berbagai kalangan, saya bisa berada di situasi-situasi yang mungkin tidak bisa semua orang rasakan atau lakukan. Jadi, nikmat luar biasa jadi seorang jurnalis.
Apakah awalnya ada kesulitan di bidang jurnalistik karena berbeda dengan jurusan kuliah Najwa Shihab?
Enggak sih..karena justru mungkin karena saya sejak dulu seringkali ditempatkannya di desk politik dan hukum. Jadi, saya meliput banyak peristiwa-peristiwa hukum, politik. Saya juga sempat jadi wartawan kriminal, pernah juga jadi wartawan DPR, saya sempat ditugasin juga di Istana Presiden. Ilmu yang saya pelajari justru membantu saya untuk bisa melihat konteks peristiwa hukum dan membuat cerita yang memiliki kedalaman, bukan hanya sebatas dipermukaan. Sekali lagi itu karena ilmu yang saya pelajari sebagai mahasiswa di fakultas hukum.
Pernahkah Najwa Shihab merasa takut saat meliput atau mewawancarai seseorang?
Takut saat mewawancarai orang sih enggak pernah karena justru menurut saya wartawan harus jangan pernah merasa di bawah atau tidak lebih penting dari yang diwawancara. Karena kita kan mewakili publik. Yang kita pertanyakan juga harus yang urusan publik, hal-hal yang penting untuk publik. Jadi penting untuk wartawan memiliki pemahaman kesetaraan sehingga narasumber tidak merasa lebih kecil tapi juga tidak merasa lebih besar jadi sok tahu. Jadi, harus sewajarnya seperti halnya orang berbincang dengan orang lain. Jadi, kalo rasa takut tidak pernah. Kalau meliput daerah konflik atau daerah-daerah tertentu, iya..pasti ada rasa takut, wajar dan harus ada rasa takut. Karena kerap kali dari pengalaman saya. Adrenalin ketika liputan itu justru yang berbahaya. Jadi, liputan hutan kebakaran atau liputan amuk masa yang mungkin justru kita lari kesana. Penting ada rasa takut untuk mencegah kita melakukan hal-hal yang konyol. Tapi, kadarnya harus disesuaikan sehingga bisa mengontrol adrenalin, bisa mendapatkan liputan yang bagus. Tapi juga tidak mati konyol karena adendumnya kan tidak ada berita yang lebih penting dari nyawa.
Masih penasaran dengan kisah Najwa berikutnya? Tunggu lanjutan wawancara Tim A Minute dengan Najwa Shibab berikutnya. Saksikan Najwa Shihab dalam Mata Najwa yang tayang setiap hari Rabu pukul 20.00 WIB. Mata Najwa akan tayang spesial pada Rabu 17 April 2019 dengan teman Mata Najwa Spesial Pemilu tentunya dipimpin oleh Najwa Shihab. Mari saksikan hanya di TRANS7.