Disebut Mampu Lawan Antibodi, Ini Fakta-Fakta N439 Yang Sudah Masuk Indonesia

Disebut Mampu Lawan Antibodi, Ini Fakta-Fakta N439 Yang Sudah Masuk Indonesia

Fri, 12 Mar 2021Posted by Admin

Belakangan ini, Indonesia mengumumkan adanya temuan kasus varian baru virus Corona Inggris yaitu B117 yang lebih menular. Varian ini dikenal 70% lebih menular dari varian sebelumnya. Varian ini ternyata juga menjadi biang kerok melonjaknya kasus Covid-19 di Negeri Ratu Elisabeth pada Desember 2020 lalu.

Selain varian B117, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga mewaspadai varian baru lainnya yang mengandung mutasi N439K. Varian ini disebut lebih 'pintar' dan mampu dalam menghadapi antibodi dan sudah menyebar di 30 negara.

Baca juga: Fakta-Fakta Varian Baru B117 yang Sudah Masuk Indonesia

Jadi sebenarnya, apa itu N439K?

Dikutip dari Eurekalert, N439K ini merupakan mutasi yang terjadi pada protein spike virus Corona yang penyebarannya mirip dengan virus liar dan bisa mengikat reseptor enzim 2 (ACE2) pengubah angiotensin pada manusia lebih kuat.

Di mana mutasi N439K pertama kali dideteksi?

Dikutip dari laman detik, mutasi ini pertama kali terdeteksi di Skotlandia pada Maret 2020 lalu.

N439K menjadi mutasi yang paling umum dominan kedua dalam receptor binding domain (RBD). Sejak saat itu, garis keturunan kedua (B1258) muncul secara independen di negara-negara Eropa lainnya pada Januari 2021 dan menyebar ke 30 negara di dunia.

Menurut Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Prof Amin Subandrio, sudah ada 48 kasus mutasi N439K yang ditemukan dari 547 sampel yang disequens dan dikirimkan ke bank data GISAID.

Benarkah N439K bisa melawan antibodi?

Penelitian yang dipublikasi di jurnal Cell pada 25 Januari lalu menunjukkan bahwa mutasi ini memberikan resistensi terhadap antibodi beberapa individu dan antibodi monoklonal.

"Ini berarti virus memiliki banyak cara untuk mengubah domain imunodominan untuk menghindari kekebalan sekaligus mempertahankan kemampuan untuk menginfeksi dan menyebabkan penyakit," kata penulis penelitian sekaligus Direktur Senior Biologi Struktural di Vir Biotechnology Gyorgy Snell.