Dokter Internis: Chiki Ngebul Bisa Mengakibatkan Perut Bolong
Fri, 06 Jan 2023Posted by AdminBaru-baru ini Kementerian Kesehatan RI mendapat laporan mengenai kasus anak di Tasikmalaya yang keracunan nitrogen dari makanan ‘Chiki Ngebul’. Dilaporkan terdapat tujuh anak asal Tasikmalaya dengan gejala mual, muntah, dan begah perut setelah mengkonsumsi jajanan tersebut.
Melihat kejadian tersebut, Kementerian Kesehatan langsung mengeluarkan surat edaran agar Dinas Kesehatan setempat dan rumah sakit segera melapor jika menemukan kasus serupa.
Menanggapi kejadian tersebut, dokter konsultan pencernaan dari RS Brawijaya Depok, dr Aru Ariadno, SpPD KGEH, mengungkapkan bahwa nitrogen cair memiliki titik didih -197 derajat celcius yang cukup berbahaya. Kemudian di dunia kedokteran, nitrogen cair umumnya digunakan untuk pengobatan kulit seperti sel prakanker. Hal ini karena zat tersebut memiliki efek cryogenic yang dapat mendinginkan sehingga sel-sel tubuh membeku.
"Karena sifatnya itu biasanya oleh dokter dermatologi nitrogen cair digunakan untuk membakar hal-hal yang tak diinginkan pada kulit, yang artinya ini bisa merusak jaringan," ucap dr Aru, Jumat (6/1), dilansir dari detikcom.
Lebih lengkap, dr Aru menjelaskan bila nitrogen cair masuk ke dalam tubuh maka akan mengakibatkan dinding pencernaan yang terbakar sampai mengalami kerusakan jaringan atau bocornya saluran cerna.
Dengan begitu, dr Aru memperingatkan masyarakat untuk menghindari makanan yang menggunakan nitrogen cair. Hal tersebut karena jika ingin menggunakan nitrogen harus diperlukan regulasi dari pemerintah agar penggunaannya sesuai dengan aturan.
"Jadi bila tidak ditangani dengan cepat mungkin akan berakibat kematian. Untuk itu disarankan penggunaan nitrogen cair pada makanan perlu pengawasan lebih baik dari lembaga yang terkait agar penggunaannya tidak sembarangan," pungkasnya.
Sebagai informasi, Kemenkes juga mengupdate kondisi terkini dari ketujuh anak yang keracunan jajanan ‘Chiki Ngebul’ tersebut sudah membaik.
"Anaknya sudah sehat sekarang. Begitu juga yang 6 lainnya," ucap Kepala Biro Komunikasi Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi, Kamis (5/1).