Inspiratif! Tukang Bubur Yang Membangun Rumah Dan Pondok Ngaji
Tue, 29 Oct 2024Posted by AdminJakarta—Sebuah kisah inspiratif tentang seorang penjual bubur di sudut Bekasi, di Tambun, yang telah melampaui batas perumahan hingga perkantoran di Jakarta dan Tangerang. Tukang bubur ini berhasil menghidupi keluarganya dan membangun empat rumah serta mendirikan sekolah. Dia adalah Edi; orang-orang di sekitarnya lebih akrab memanggilnya Haji Edi.
Tidak seperti penjual bubur biasa, Haji Edi adalah seorang pedagang senior yang telah menjalankan bisnisnya sejak tahun 1981. Haji Edi mampu memperbaiki kondisi ekonominya dengan hanya berjualan bubur motor.
Ia tidak hanya mampu membuat rumah untuk keluarganya dengan uang yang dia peroleh dari pekerjaannya sebagai tukang bubur motor, tetapi ia juga mampu mendirikan pondokan untuk komunitas mengaji. Pada tahun 2019, ia bersama istrinya dan beberapa pedagang bubur motor lainnya berhasil beribadah di Tanah Suci Makkah. Edi berkata, "Ya Alhamdulillah bisa membangun rumah, membangun majelis, dan Alhamdulillah sudah bisa ke tanah suci."
Majlis Ta'lim Yaa Bunayya adalah nama pondongan ngaji yang dibangun olehnya. Tempat belajar baca tulis Al-Quran didirikan untuk anak yang ingin menjadi guru. "Anak saya punya keinginan jadi guru dan dia bisa mengajar ngaji, sebagai orang tua, memang anak pekerjaannya itu ya udah kita bikinin tempat," katanya.
Rumahnya berkembang dari gubuk sederhana menjadi rumah yang bersih dan cukup besar. Ia menyatakan bahwa pondokan itu pada awalnya tidak sebaik sekarang. Namun, karena dorongan masyarakat untuk mengaji, ia akhirnya membuat pondokan yang lebih besar. Ia memberanikan diri untuk mengumpulkan dana untuk membangun pondokan dengan memiliki dua BPKB kendaraan.
Menurutnya, "Karena semakin banyak orang yang mengaji, kita melihat anak-anak menjadi lebih banyak, ya Alhamdulillah rezeki saya membuat itu untuk anak-anak dan santri."
Dia menyatakan, "Jadi kita modal BPKB 2 langsung bersama ibunya kita pergi ke bank, pulang langsung bangun dan ngelas (atap), ya udah kita bangun Alhamdulillah."
Penting untuk dicatat bahwa hingga saat ini, pondokannya masih belum menetapkan biaya tetap bagi komunitas yang ingin mengaji. Dengan kata lain, para santri memiliki kemampuan untuk mengaji dengan memberikan kontribusi yang tulus. Dan siapa yang bisa membayangkan bahwa dengan semangkuk bubur Tambun yang unik, dia bisa mencapai semua pencapaian itu?