Perjuangan Menti Antari, Wanita Muda Ubud Yang Mengangkat Hak Anak Berkebutuhan Khusus!
Tue, 22 Oct 2024Posted by AdminGianyar - Di tengah teriknya matahari siang di Desa Singakerta, Kecamatan Ubud, Gianyar, Bali, sebuah bangunan sederhana terlihat di pinggir jalan yang menghubungkan Kabupaten Gianyar dengan Bangli. Bangunan ini, meski tampak seperti warung makan biasa, sebenarnya adalah rumah bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang berasal dari wilayah Ubud
Namun, di balik tembok bangunan tersebut, terdapat sebuah 'rumah' bagi anak-anak berkebutuhan khusus dari sekitar Ubud. Menti, pengelola yayasan, mengungkapkan, "Sari Hati ini adalah tempat yang menurut saya luar biasa. Menaungi anak-anak berkebutuhan khusus yang tidak hanya memiliki satu kondisi. Kebanyakan dari mereka ini tidak diterima di masyarakat."
Menti menjelaskan, bersama 12 pekerja lainnya, mereka berusaha memberikan tempat yang layak bagi anak-anak tersebut dengan penuh kasih sayang dan tanpa pamrih. Di Sari Hati, sebanyak 46 anak dikelompokkan menjadi tiga grup sesuai dengan tingkat kemandirian: kelas besar, kecil besar, dan kecil junior. Anak-anak di kelas kecil membutuhkan perhatian lebih dan pendampingan langsung dari para staf.
Menti menambahkan, "Kegiatan di kelas cukup banyak, karena fokus anak-anak ini terbatas. Kami menyiapkan program yang berbeda setiap minggu untuk menarik minat mereka, tetap dengan tujuan melatih kemandirian." Kegiatan tersebut lebih difokuskan pada seni dan musik, disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak.
Yayasan Sari Hati, yang berdiri sejak tahun 2003, mengadakan program terapi dan materi empat kali dalam seminggu, mulai dari pukul 10.00 hingga 15.00 Wita. Aktivitas fisik seperti olahraga ringan dan yoga menjadi pembuka sebelum anak-anak melakukan kegiatan lainnya.
Kepedulian Menti terhadap anak-anak berkebutuhan khusus berakar dari kenyataan bahwa mereka sering kali tidak mendapatkan tempat di masyarakat. Ia mengungkapkan, "Awal mula Sari Hati didirikan karena di Bali, anak-anak berkebutuhan khusus tidak begitu diperlihatkan. Banyak orang tua masih merasa malu memiliki anak dengan kondisi ini, berpikir bahwa itu adalah karma buruk."
Menti menegaskan bahwa pandangan tersebut tidak benar secara ilmiah. Melihat banyaknya anak berkebutuhan khusus yang dikucilkan, ia mulai membentuk Grup Riang Gembira untuk memberikan dukungan. Awalnya, ia terlibat sebagai relawan pada tahun 2016. Perlakuan tulus dan kehangatan dari anak-anak membuatnya jatuh cinta pada kegiatan sosial di Sari Hati.
"Dari anak-anak inilah, saya bisa berdamai dengan masa lalu dan menemukan 'rumah baru' di Sari Hati," ungkap Menti. Secara resmi, ia bekerja di yayasan pada 2018 dan perlahan dipercaya menjadi ketua yayasan.
Mengelola yayasan non-profit bukanlah hal yang mudah. Menti menghadapi berbagai tantangan, mulai dari mencari sumber dana hingga edukasi masyarakat yang minim tentang anak-anak berkebutuhan khusus. Ia berharap, ke depan, lingkungan dapat menerima anak-anak ini dengan baik. "Besar harapan saya dan tim di sini untuk memberikan ruang bagi mereka yang masih di luar sana agar bisa menerima fasilitas yang kami berikan," pungkas Menti. "Kami berprinsip bukan tentang berapa banyak anak yang kami punya, tetapi tentang kualitas fasilitas yang bisa kami berikan dan bagaimana kami bisa berkembang bersama mereka."