Korea Utara Kirimkan Ratusan Balon Berisikan Kotoran Ke Korea Selatan

Korea Utara Kirimkan Ratusan Balon Berisikan Kotoran Ke Korea Selatan

Fri, 31 May 2024Posted by Admin

Korea Utara baru-baru ini melakukan serangan terhadap Korea Selatan dengan mengirim lebih dari 200 balon yang memuat berbagai macam sampah dan tinja ke perbatasan kedua negara. Laporan dari kantor berita Korea Selatan, Yonhap, mengungkapkan bahwa balon-balon ini telah melintasi perbatasan dan mendarat di berbagai wilayah Korea Selatan mulai dari Selasa malam (28/5).

Menurut Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS), balon-balon tersebut bahkan berhasil mencapai provinsi tenggara Gyeongsang Selatan. Pejabat JCS menyatakan bahwa isi balon-balon ini mencakup berbagai macam sampah, termasuk botol plastik, baterai, bagian-bagian sepatu, dan kotoran hewan.

Tindakan agresif Korea Utara ini dianggap sebagai pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan mengancam keselamatan rakyat Korea Selatan. JCS dengan tegas memperingatkan Korea Utara untuk segera menghentikan tindakan provokatif dan tidak manusiawi ini.

Saat ini, militer Korea Selatan sedang mengumpulkan barang-barang yang ditemukan dalam balon-balon tersebut untuk dilakukan analisis lebih lanjut. Serangan ini merupakan serangan balon terbesar yang pernah dilakukan oleh Korea Utara terhadap Korea Selatan, jika dibandingkan dengan insiden serupa pada tahun 2016 dan 2018. Menurut JCS, kemungkinan serangan-serangan semacam ini akan terus meningkat di masa depan.​​​​​​

Korea Utara sebelumnya telah mengumumkan rencananya untuk mengirim balon-balon ini sejak Minggu sebelumnya. Pyongyang menyatakan bahwa mereka akan membalas dengan menyebarkan "gundukan kertas bekas dan kotoran" sebagai respons terhadap selebaran anti-Korea Utara yang sebelumnya dikirim oleh aktivis dari Seoul ke Korea Utara.

Selama beberapa tahun terakhir, pembelot dari Korea Utara yang tinggal di Korea Selatan dan aktivis telah menggunakan balon untuk mengirim selebaran ke Korea Utara dengan tujuan mendorong warga Korea Utara untuk memberontak terhadap pemerintahan Pyongyang. Namun, Korea Utara selalu menentang kampanye semacam itu, mengkhawatirkan bahwa informasi dari luar dapat mengancam kedudukan pemimpin tertinggi, Kim Jong Un.

Ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan telah menjadi masalah yang berlarut-larut sejak Perang Korea pada tahun 1950-1953 yang berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai. Masalah ini menjadi salah satu sumber ketegangan antara kedua negara tersebut.