Piring Pelepah Pinang, Inovasi Piranti Makan Ramah Lingkungan
Tue, 31 Aug 2021Posted by AdminDi tengah banyaknya keresahan di dunia akibat ancaman perubahan iklim, pemuda Indonesia membuat inovasi piring pelepah pinang. Demi mengurangi limbah plastik dan styrofoam yang akan memperparah pemanasan global, inovasi baru pun dibuat untuk menggantikan piring yang biasa terbuat dari bahan baku seperti keramik, tanah liat, plastik, styrofoam, sampai kertas.
Inovasi piring dari pelepah pinang ini berasal dari warga Desa Sinar Wajo dan Desa Sungai Beras di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Warga yang tergabung dalam Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS), yaitu KUPS Lojo Kleppaa dan KUPS Kodopi Mitra Madani ini biasanya menjual pinang untuk kehidupan sehari-hari. Hal yang mendasari pembuatan inovasi tersebut adalah maraknya sampah pelepah pinang di desa tersebut. Warga setempat meyakini berbahaya karena bisa memicu kebakaran lahan saat musim kemarau.
Sejak mulai menekuni usaha piring pelepah pinang pada November 2020 hingga April 2021, kedua desa ini sudah menjual sekitar 400 buah piring secara total. Harga satu buah piring cukup murah berkisar antara Rp 5.000 – Rp 6.000. Fasilitator Komunitas dan Kabupaten KKI Warsi Ayu Shafira menjelaskan, kalau piringnya dibentuk seperti styrofoam yang tertutup, artinya memerlukan dua buah piring pelepah yang kemudian ditangkupkan. Itu berarti harganya bisa menjadi dua kali lipat.
"Ketika inovasi piring pelepah pinang dikembangkan, petani diuntungkan. Perajin boleh mengambil dan memanfaatkan limbah pelepah itu sebagai bahan baku, tanpa harus membayar sedikit pun. Jadi, bahan baku yang begitu berlimpah bisa didapatkan secara gratis," kata kata Ayu, dikutip dari Antara.
Untuk membuat piring, pelepah pinang yang baru jatuh sekitar satu-dua hari diambil, lalu dicuci dengan sabun pencuci piring yang aman untuk bahan makanan. Piring ini dijemur selama kurang lebih 3-4 jam sampai kering. Setelah itu, pelepah dicetak dengan alat molding hot press dengan suhu 120 derajat celcius selama q1 meni. Piring ini dikeringkan di bawah sinar matahari.
Piring ini pun disebut lebih kokoh daripada piring kertas, karena pelepah pinang memang tebal dan berlapis lilin. Piring ini juga bisa dipakai berulang kali, walaupun maksimal 8 kali pemakaian. Untuk membersihkannya, Anda bisa mencucinya dengan sabun cuci piring namun jangan merendamnya.
"Piring ini juga tahan lama. Jika sudah dijemur hingga benar-benar kering, ia tidak akan berjamur sama sekali, meski disimpan di dalam lemari tertutup. Jika sudah selesai digunakan, piring bisa dibuang seperti membuang daun pisang. Dia akan terurai di alam tanpa merusak lingkungan," jelas Ayu.
Bahkan, inovasi ini turut diapresiasi oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno. Sandiaga menilai inovasi ini telah menghadirkan lapangan kerja baru yang mengedepankan aspek kelestarian lingkungan. Ia berharap, jika piring pelepah pinang ini makin dikenal publik, permintaan akan meningkat, sehingga produksinya bisa terindustrialisasi dan harga jualnya bisa lebih rendah.
Semakin kesini, semakin banyak investasi dan solusi dari berbagai pihak dalam pemberdayaan sampah-sampah perusak ekosistem seperti plastik. Upaya-upaya seperti ini tentunya patut kita syukuri. Teruskan kampanye #AntiPlastikPlastikKlub demi kelangsungan planet kita bersama.