Ritual Buang Sial! Banyak Celana Dalam Di Gunung Sanggabuana
Wed, 27 Oct 2021Posted by AdminDipercaya bisa membuang sial dengan meninggalkan pakaian dalam di Gunung Sanggabuana. Terlihat banyak sampah celana dalam berserakan di kawasan Gunung Sanggabuana.
Mengejutkannya, untuk melancarkan ritual ini dengan membuang pakaian dalam dikenakan tarif.
"Dari 4 mata air dan 14 makam itu dipakai ritual buang sial. Bahan setiap ritual dikenakan tarif perorang yang dipandu kuncen itu sekitar Rp 250 ribu, buat memandu ritual dan ubo rampenya (bunga tujuh rupa untuk sesajian). Ada juga yang gratis tapi hanya sekedar mandi di pancuran lalu buang celana dalam dan pakaian lalu balik," ungkap Bernard Wildlife Photographer saat dihubungi Detik.com, Selasa (26/10/2021).
Bernard mengungkap ritual ini perlu adanya penelitian lebih lanjut. Apakah menarik wisatawan dengan mengembangkan cagar budaya atau malah menjamur ritual yang tentunya menimbulkan kemusrikan.
Ketua Ekspedisi Flora dan Fauna Pegunungan Sanggabuana Bernard T. Wahyu mengatakan, rute pendakian di Gunung Sanggabuana terdapat empat mata air yang dipercaya untuk kegiatan ritual.
Empat mata air yaitu Pancuran Mas, Pancuran Kejayaan, Pancuran Kahuripan, dan Pancuran Sumur Tujuh.
Ada juga 14 makam yang dipercaya makam keramat. Beberapa diberi nama Makam Eyang Haji Ganda Mandir, Taji Malela, Kyai Bagasworo, Ibu Ratu Galuh, Eyang Abdul Kasep, Eyang Sapujagat, Eyang Langlang Buana, Eyang Jagapati, dan Eyang Cakrabuana.
Dengan kejadian ini, ia berharap peran pemerintah menanggapi ritual yang merusak keimanan dan ekologis sekitarnya.
"Sampah celana dalam atau lainnya, secara ekologi ini sebenarnya tidak baik, karena sampah ini mengotori Pegunungan Sanggabuana. Yang jadi masalah utamanya, sampah pakaian dalam ini banyak mengotori di sepanjang aliran air. Kita tidak tau mereka, para peziarah ini dalam kondisi sehat atau tidak. Karena banyak pengunjung dari berbagai kalangan pekerja yang berharap berkah dari pancuran ini, dan jika sedang tidak sehat bisa menyebarkan penyakit menular," ujarnya.
Para penikmat alam juga akan merasa terganggu dengan pemandangan yang terbentur oleh ritual budaya. Sebenarnya ritual ini tidak tentu benar dan dipercaya praktiknya.
Selain berpotensi menyebarkan aliran sesat, kesehatan warga sekitar juga berpengaruh dari adanya sampah-sampah ini.