Tidak Perlu Ke Kantor Tapi Bisa Cuan? Kenali Gig Economy!

Tidak Perlu Ke Kantor Tapi Bisa Cuan? Kenali Gig Economy!

Tue, 06 Jul 2021Posted by Admin

Bisakah kita medapatkan penghasilan walaupun hanya diam di rumah saja? Tentu rasanya meragukan, namun pernahkah Sobat7 mendengar istilah gig economy?  Nah, ternyata istilah ini diisukan sebagai pekerjaan yang dapat berpenghasilan yang sama dengan orang kantoran walaupun hanya bekerja dari rumah saja.

 Di era digital saat ini kita ditantang sebisa mungkin untuk beradaptasi dan memiliki pemikiran yang terbuka akan ide-ide baru. Perkembangan ini tentu juga akan mempengaruhi cara kerja, yang dimana kita bisa melakukan pekerjaan yang dimana bisa melalui platform digital ataupun online.

Sama halnya dengan freelance, kerja gig economy ini membuat konsep dunia kerja menjadi lebih fleksibel. Dalam Studi Brinkley, gig economy merupakan sektor ekonomi yang terdiri dari pekerja profesional yang bekerja secara independen (freelancer/gig employment), mengerjakan proyek-proyek tunggal berjangka pendek, baik dari institusi hingga perorangan.

Penghasilan para pekerja dengan konsep gig economy ini juga berbanding lurus dengan pekerjaan maupun proyek yang didapatkan.

Apalagi tidak terikat dengan satu perusahaan atau satu proyek saja, sehingga kita bebas memilih lebih dari satu proyek atau perusahaan yang kita kerjakan.

Namun, jenis pekerjaan gig economy juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Implementasi gig economy ini pada dasarnya tak hanya menguntungkan paragig worker, tapi juga menguntungkan perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan bisa mendapatkan pekerja dengan menekan pengeluaran bonus, tunjangan, hingga pensiun. Memang gig worker ini hanya bersifat sementara tidak terikat pekerja tetap atau pekerja full time.

Kekurangan dari gig economy ini adalah dari segi hukum. Sampai saat ini para gig worker ataufreelancer ini belum memiliki payung regulasi yang melindungi.

Secara hukum status freelancer ini memang samar, tidak bisa diklasifikasikan sebagai karyawan maupun wiraswasta ‘kecil’. Sehingga, gig company seperti terkesan semena-mena maupun sepihak mengenai keputusan kebijakan proyek yang dijalankan.
​​​​