Gak Percaya Vaksin? Ini Penjelasan Dr Reisa!

Gak Percaya Vaksin? Ini Penjelasan Dr Reisa!

Tue, 20 Oct 2020Posted by Admin

Indonesia akan melancarkan program vaksin Covid-19 mulai November mendatang. Rasa tidak percaya pun muncul di masyarakat. Banyak yang berpikir bahwa vaksin tidak dapat melindungi tubuh dari Covid-19. Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 dr. Reisa Broto Asmoro akhirnya angkat suara. Menurutnya, vaksin telah menjadi penyelamat manusia sejak lama.

Baca juga: Perda DKI Akan Denda Warga Yang Tolak Tes Swab Dan Vaksin!

dr. Reisa menyampaikan, tak sedikit penyakit berat yang dapat dihindari karena adanya vaksin. Misalnya, Campak, Polio, Difteri, Rubella dan lain sebagainya. Dirinya menyayangkan masyarakat yang tidak percaya akan vaksin dan akhirnya tidak melakukan program imunisasi.

Alasan mengapa masyarakat berpikir demikian adalah vaksin dilihat sebagai memasukkan penyakit ke tubuh. Hal ini tidaklah benar, yang dimasukkan ke dalam tubuh adalah satu bagian dari kuman yang direkayasa secara bioteknologi. Tubuh kemudian akan meresponnya dengan membuat antibodi. Ketika nantinya penyakit masuk, tubuh sudah siap untuk menangkalnya sehingga tidak akan berakibat fatal.

Anggapan lain yang berkembang di masyarakat adalah jika vaksin dapat menyebabkan autisme. Menurut dr. Reisa, penelitian yang menemukan hal ini dilakukan oleh Andrew Wakefield pada tahun 1998 dan merupakan penelitian yan tidak valid.

Andrew kedapatan melakukan kecurangan dalam penelitian tersebut hingga akhirnya General Medical Council mencabut izin praktiknya pada tahun 2010. Sebagai tambahan, dr. Reisa pun mengatakan jika vaksin yang digunakan sudah pasti teruji secara klinis.

"Jadi masyarakat tidak perlu khawatir. Sebelum diproduksi massal dan diedarkan vaksin sudah melalui evaluasi dan pengawasan yang ketat dari pemerintah," ujar dia.

Anggapan lain yang ramai diperbincangkan adalah bahwa vaksin secara simultan melemahkan daya tahan tubuh. Sehingga, jika kita terpapar oleh bakteri, kuman atau penyakit, tidak akan memberikan efek apapun. Hal ini tidaklah benar. Faktanya, bayi yang baru lahir sudah diperbolehkan untuk menjalani imunisasi sebagai langkah pencegah penularan. Berdasarkan data, imunisasi mampu mencegah 2-3 juta kematian anak setiap tahunnya.

Tidak sampai disitu, anggapan lain yang salah adalah jika kanker adalah salah satu dampak dari vaksin. Menurut dr. Reisa, vaksin justru mencegah kanker tersebut muncul. Kanker mulut Rahim dari virus HPV misalnya, hal ini dapat dicegah dengan melakukan vaksin. Dan terakhir, anggapan adanya microchip di dalam vaksin untuk melacak seseorang pun tidaklah benar. Microchip tidak dapat melewati jarum suntik.