Jangan Mager! Riset Ungkap Duduk Terlalu Lama Sebabkan Pikun
Mon, 11 Dec 2023Posted by AdminSekarang tidak ada lagi alasan untuk malas bergerak. Penelitian yang baru diterbitkan di JAMA menyatakan bahwa duduk diam selama 10 jam atau lebih setiap hari "berhubungan secara signifikan" dengan demensia, suatu kondisi yang umumnya mengacu pada hilangnya fungsi memori atau ingatan pada otak.
Gejalanya melibatkan kehilangan ingatan, kebingungan, dan kesulitan dalam mengungkapkan pikiran.
"Salah satu hal paling menarik yang saya temukan tentang penelitian ini adalah mengenai risiko yang terkait dengan demensia, total waktu yang dihabiskan untuk tidak banyak bergerak lebih penting daripada akumulasi waktu tersebut," terang Daniel Aslan, seorang kandidat PhD di bidang manusia dan biologi evolusi di Departemen Ilmu Biologi Universitas Southern California.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa duduk terlalu lama dapat memicu perkembangan kanker, sakit punggung, dan berbagai masalah kesehatan lainnya.
Melibatkan data dari UK Biobank, yang mencakup setengah juta orang di Inggris, studi ini melibatkan informasi dari hampir 50 ribu orang berusia 60 tahun atau lebih yang menggunakan akselerometer selama satu minggu antara tahun 2013 hingga 2015.
Para peneliti menggunakan catatan medis untuk menentukan bahwa sekitar enam tahun setelah percobaan tersebut, 414 peserta diantaranya menderita demensia.
Dalam analisis data akselerometer, ditemukan bahwa risiko terkena demensia meningkat jika peserta menghabiskan sekitar 10 jam sehari untuk duduk diam.
Risiko semakin meningkat, dengan peserta yang duduk selama 15 jam memiliki risiko tiga kali lipat dibandingkan dengan rekan mereka yang lebih aktif.
Para peneliti mencatat bahwa jumlah aktivitas menetap per hari tidak berhubungan dengan risiko terkena demensia.
"Meski belum sepenuhnya dipahami, berkurangnya aktivitas fisik menyebabkan berbagai efek negatif, termasuk penambahan berat badan, peningkatan peradangan, dan berkurangnya aliran darah ke otak," tambahnya.
"Jika digabungkan, faktor-faktor ini dapat meningkatkan risiko demensia seseorang, kemungkinan besar disebabkan oleh kerusakan langsung dan tidak langsung pada sel-sel otak," ungkap Keiland Cooper, peneliti doktoral ilmu kognitif dan ilmu saraf di Universitas California, Irvine.