Membuat Tie Dye Dan Shibori Yang Lagi Hits
Mon, 02 Nov 2020Posted by AdminSemenjak adanya pandemi covid-19, banyak hal-hal baru bermunculan yang kemudian menjadi trend di masyarakat. Seperti Tie Dye dan Shibori yang merupakan teknik pewarnaan baju, kini menjadi suatu hal yang sering ditemui pada style pakaian.
Tie Dye dalam bahasa Indonesia berarti teknik warna dan celup. Teknik ini bisa dilakukan sendiri di rumah karena sudah banyak yang menjual DIY kit berisikan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat kain warna ini.
Tie Dye sendiri sudah ada dan berkembang di Amerika juga Eropa sejak tahun 1960an. Sedangkan di Jepang, teknik ini lebih dikenal dengan Shibori yang berarti peras. Teknik Shibori adalah teknik pewarnaan tertua di Jepang.
Cara membuat ikatan pada kain adalah:
- Ikat lipat kain seperti lipatan kipas
- Kemudian ikat menggunakan karet dengan jarak antarkaret sama, hal ini supaya nanti hasilnya lebih rapih.
- Berikutnya ikat jumput atau dalam bahasa Jepang adalah “kanoko”. Buat pola lingkaran dengan mengambil bagian kain
- Lalu ikat kencang dengan karet
- Terakhir adalah “itajime” atau lipat jepit cetak. Yaitu buat lipatan sesuai dengan papan kayu kotak dan tahan iakatan papan kayu sampai benar-benar kencang
Kalau sudah, masuk ke tahap pewarnaan. Sebenarnya antara Tie Dye dan Shibori hampir mirip hanya saja yang membedakan adalah Shibori identik dengan hanya menggunakan satu warna sedangkan Tie Dye menggunakan spectrum warna yang beragam seperti pelangi.
Pada proses pewarnaan Shibori menggunakan pewarna 1 dan pewarna 2. Kain dicelupkan ke pewarna 1 yang bewarna kekuningan agar warna kedua nantinya bisa menempel dengan baik. Kalau sudah baru kain dicelupkan ke pewarna 2. Proses pencelupan ini tidak memakan waktu yang lama, hanya sekitar 5-10 menit saja.
Untuk proses pewarnaan Tie Dye, kain yang sudah diikat dicelupkan ke dalam air yang sudah diberikan campuran waterglass agar nantinya bisa mengikat warna pada kain. Selanjutnya tinggal celup kain ke pewarna atau bisa juga disemprot biar lebih mudah. Bisa kreasikan warna sesuai yang diinginkan.
Jika proses pewarnaan sudah maka tahap terakhir adalah lepas ikatan pada kain dan jemur hingga kering. Perlu diingat bahwa kain yang sudah diwarnai ini, ketika pencucian pertama dan kedua kali pewarna akan luntur maka jangan cuci dicampur dengan pakaian lain.
Teknik ini kini terkesan menjadi moder, tetapi sebenernya tie dye juga melekat pada pewarnaan kain tradisional. Di Palembang teknik ini disebut pelangi atau cinde, sedangkan di Jawa disebut jumputan, dan di Banjarmasin disebut sasirangan.
Selain di kain, teknik ini juga bisa diterapkan pada tas juga loh. Sobat7 tertarik untuk berkreasi dengan teknik ikat celup ini?