MUI Serukan Boikot Produk Perancis! Apa Dampaknya?
Tue, 03 Nov 2020Posted by AdminMajelis Ulama Indonesia (MUI) menyerukan umat Islam Indonesia untuk memboikot produk-produk Perancis sebagai respons dari ungkapan Presiden Perancis, Emmanuel Macron yang mendukung kebebasan berekspresi terkait kontroversi kartun Nabi Muhammad SAW di negaranya. Macron berargumen bahwa prinsip negaranya adalah mendukung kebebasan berpendapatan. Pemboikotan ini dinilai MUI bisa menjadi salah satu sarana umat Islam membela kehormatan Nabi Muhammad.
"Tujuan penghormatan kepada Baginda Rasulullah, dan mengingatkan akan kesalahan orang yang menistakan Baginda Rasulullah, maka sarana [pemboikotan] itu bisa menjadi wajib," ujar Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Asroroun Niam, pada Sabtu (31/10) dikutip dari laman CNN Indonesia.
Tak hanya Indonesia, beberapa negara lainnya ikut menyerukan aksi boikot produk-produk Perancis. Mulai dari Turki hingga Bangladesh, serta dari Yordania hingga Malaysia, rangkaian demonstrasi besar diserukan agar umat Muslim memboikot produk Perancis. Sejumlah supermarket bahkan telah mengosongkan semua rak yang biasanya terisi produk-produk berlabel 'Made in France' atau 'Buatan Perancis'.
Namun ternyata, seruan dan tindakan boikot atas barang-barang Perancis disebut Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati, tidak akan berdampak signifikan pada perdagangan di Indonesia. Hal ini karena nilai impor Perancis ke Indonesia sangat kecil jika dibandingkan dengan negara China, Amerika, Australia, dan India.
"Kalau Perancis perkiraan saya paling impornya tidak sampai 5%. Berbeda seperti China sampai 33%." Ujar Enny Sri Hartati.
Komoditas impor terbesar dari Perancis adalah pesawat dan komponennya. Sementara produk makanan dan barang mewah seperti tas, kebanyakan produksinya sudah dibuat di dalam negeri.
Terkait seruan boikot produk-produk Perancis, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani sebut hal ini boleh saja sebagai bentuk luapan emosi. Namun terkait dampaknya ke Indonesia, ia juga menilai bahwa tidak terlalu berpengaruh.
"Memang kita protes jelas kepada Macron sebagai Kepala Negara dia melakukan pidato. Di sisi lain juga bisa dipahami juga reaksi berlebihan (Presiden Perancis) terhadap penusukan tidak tepat juga. Jadi seharusnya diambil langkah proporsional tapi tidak emosional," ujar Hariyadi Sukamdani pada Senin (2/11/2020).
"Tidak pengaruh juga. Tapi ini kan luapan emosi ya boleh saja. Tapi kenyataannya tidak banyak mempengaruhi situasi," lanjutnya.