Intip Proses Pembuatan Mie Asin Khas Singkawang

Intip Proses Pembuatan Mie Asin Khas Singkawang

Wed, 04 Nov 2020Posted by Admin

Mie merupakan hidangan yang penting bagi masyarakat keturunan tionghoa, tak terkecuali bagi mereka yang tinggal di Indonesia. Di Singkawang dan Pontianak, kota yang berada di Kalimantan Barat ini memiliki masyarakat yang banyak dari etnis tersebut. Hal ini menjadikan beberapa budaya tionghoa terasa cukup kental di sana. Salah satunya adalah budaya konsumsi Mie Asin.

Mie asin ini merupakan kuliner khas Singkawang yang dikonsumsi ketika hari perayaan seperti tahun baru dan ulang tahun. Makanan ini memiliki makna sebagai simbol panjang umur dan reseki yang tidak terputus, memang terlihat dari cara makannya yang tidak boleh asal yaitu mie tidak boleh terputus atau digigit melainkan dimakan sampai ujung mie habis.

Cara membuatnya sama saja dengan mie pada umumnya, mie yang dibeli di pasar direbus kemudian bisa pilih untuk diasajikan berkuah atau mie goreng. Sedangkan untuk topping, mie asin bisa dikombinasikan dengan apa saja tetapi umumnya yang unik adalah dengan telur bulat berwarna merah yang merupakan simbol atau lambang suka cita.

Meskipun di sana mie merupakan hidangan penting, ternyata penjual mie asin cukup sulit ditemukan karena biasanya mie asin diolah sendiri di rumah dan dinikmati bersama keluarga. Pada hari ulangtahun, mie asin biasanya disajikan berupa mie goreng dengan tumisan seafood, sayur, dan telur merah.

Walaupun menemukan penjual mie asin cukup sulit, masyarakat bisa dengan mudah menemukan pabrik pembuatan mie dan konon katanya terdapat tujuh pabrik mie di Singkawang. Salah satunya ada di jalan Kridasana, pabrik mie yang satu ini sudah beroperasi selama 60 tahun dan sekarang dikelola oleh generasi keempat.

Di sini, mie yang diproduksi disebut misoa, berbahan dasar sederhana dari tepung terigu, sagu, dan garam yang berfungsi sebagai pengawet. Adonan yang sudah jadi kemudian digiling berbentuk mie sepanjang 10 meter, lalu dijemur atau dikeringkan menggunakan uap panas. Proses ini bisa memakan waktu dua jam, sedangkan kalau menggunakan panas sinar matahari bisa memakan waktu lebih lama yaitu empat jam.

Setelah dijemur mie dikukus menggunakan kompor selama satu jam. Kemudian mie diurai agar tidak kusut dan terputus, setelah itu dijemur lagi baru kemudian dikemas untuk diperjualbelikan. Dalam sehari, pabrik ini bisa menghabiskan tepung terigu sebanyak 300 kilo gram.

Mie yang sudah dikemas ini biasanya dijual di Singkawang dan Pontianak dengan harga perkilogramnya mulai dari Rp 12.000 – Rp 25.000 rupiah, tergantung tepung yang digunakan.